Kelas Jurnalistik

Pelatihan Jurnalistik Sentraya Bhuana
pemateri mengajarkan apa itu jurnalistik dan bagaimana karya jurnalistik itu dibuat
Hari rabu bulan Juni 2016 Pukul 19.00 WIB hujan deras mengguyur Fakultas Ilmu Budaya UNS, hujan tak kunjung berhenti sampai jam 22.00 WIB. Malam itu pukul 20.30 WIB, di ruang eks dekanat gedung III FIBdiadakan kelas jurnalistik. Pengisi materi adalah Ahmad rodif hafidz (eks wartawan Joglo semar), sebelum memulai kelas jurnalistik ada perkenalan terlebih dahulu antara pemateri dan semua anggota Sentraya Bhuana selaku peserta kelas jurnalistik yang diadakan oleh Regu Bidang 3 Sentraya Bhuana yang menaungi Penelitian dan Pengembangan seluruh anggota Sentraya Bhuana.
            Awal kelas jurnalistik dimulai dari sharing atau berbagi pengalaman dahulu antara pemateri dan peserta tentang kendala dalam kepenulisan, pemateri memantik dengan sebuah kasus – kasus dan cerita tentang pengalaman saat jadi wartawan dari situ pembahasan dimulai. Menurut pemateri sebenarnya teman – teman Mapala mempunyai potensi yang besar dalam hal menulis, terutama untuk jurnalistik atau berita.Karena teman – teman sudah biasa melakukan kegiatan di alam bebas dan langsung terjun ke lapangan” ungkapnya. Dari situ diberikan contoh – contoh tentang sebuah karya kepenulisan, salah satu referensinya adalah Koran Jawa Pos, Kompas, Joglosemar dan Majalah National Geographic. Dari tulisan yang ada tersebut untuk saat ini memang bagus dan istilahnya “Renyah” untuk dibaca.
            Setelah berbicara banyak kasus tentang lingkungan yang itu menjadi fokus dari mapala dan pasti setiap orang mempunyai “unek – unek” tentang kasus-kasus tersebut, tapi terkadang masih bimbang untuk bagaimana untuk menyampaikan keresahan tersebut, walau sebenarnya ada beberapa cara untuk menyampaikannya. Salah satunya adalah lewat tulisan atau jurnalistik. Karena lewat jurnalistik yang natinya bisa dijadikan dokumentasi pribadi, atau bisa di publikasikan ke media.
            Dalam kepenulisan atau jurnalistik, ada beberapa hal yang harus ada didalamnya, dan yang wajib ada adalah unsur 5W+1H yang merupakan singkatan dari what (apa), who(siapa), when (kapan), where (dimana), why (mengapa) dan how(bagaimana) dimana materi dasar ini adalah dasar dari kepenulisan dan sudah cukup sering diaplikasikan dalam setiap kegiatan pendidikan dan pengembaraan. Dalam membuat sebuah tulisan jurnalistik atau laporan perjalanan atau laporan sebuah kejadian hal pertama yang harus dilakukan adalah lakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum melakukan penulisan, karena disini menulis sebuah catatan perjalanan harus melihat keadaan sekitar. Selanjutnya saat menulis adalah tulisan jurnalistik itu sifatnya informatif, mampu memberikan informasi kepada pembacanya. Kemudian dari tulisan itu harus memberikan manfaat atau dampak kepada pembacanya maupun penulisnya, contohnya ketika ada sebuah kasus tentang lingkungan hidup kemudian  ada tulisan berupa opini yang didalamnya memberikan sebuah gagasan maupun solusi tentang kasus tersebut yang nantinya dari gagasan atau solusi tersebut dapat memecahkan sebuah permasalahan yang sedang terjadi. Selanjutnya itu ada cover both side atau dengan mengambil dua sudut pandang baik dari sudut yang pro dan kontra, maksudnya dalam kepenulisan itu dalam memberitakan harus berimbang tidak memihak salah satu pihak, kita harus menampilkan semua fakta dan sudut pandang yang relevan dari sebuah berita yang sedang dibicarakan. Dan yang terakhir adalah tokoh dan unik, kenapa tokoh yang biasanya diberitakan. Karena tokoh sendiri adalah orang mempunyai pengaruh dan ketika itu di tulis pasti ada sesuatu yang menarik dan biasanya itu beritanya unik.
            Kemudian dalam kelas jurnalistik ini dijelaskan jenis – jenis kepenulisan, yang pertama yaitu straight news atau berita tentang sebuah kejadian biasa berita ini bersifat aktual artinya sesuatu yang baru – baru saja dan benar benar – terjadi serta menjadi pembicaraan orang banyak biasanya berita yang aktual seperti live report maupun berita yang ditulis didalam media massa seperti koran Kompas, Jawa pos dll, selanjutnya bersifat faktual yaitu berita tersebut fakta dan benar – benar terjadi tanpa direkayasa. Dalam straight news biasanya terdapat headline atau judul biasanya informasi utama atau topik yang ingin disampaikan, dalam headline sendiri nantinya akan menggambarkan atau berisikan tentang isi dalam tulisan tersebut yang biasanya setelah headline ada Subheadline sebagai penjelasan ringkas dari Headline kemudian Lead yaitu kalimat ringkasan yang mewakili seluruh berita di awal paragraf yang menjabarkan dari judul utama dan yang terakhir adalah Content atau isi berita yang menjelaskan berita yang sedang terjadi. Biasanya straight news dalam kepenulisannya itu 5W+1H sangat terlihat sekali dan ada masa kadaluwarsanya sehingga apabila sebuah kejadian sudah terjadi 3 hari yang lalu dan baru diberitakan saat ini, Straight News tersebut sudah tidak berlaku lagi karena sifatnya yang harusnya live report atau harus segera dipublikasikan saat itu juga, sehingga perlu diubah pola kalimatnya agar ketika karya tulis tersebut dibaca di waktu yang akan datang tidak terkesan kurang update atau “basi”.
            Selanjutnya ada feature yaitu kebalikan dari Straight News salah satu teknik penulisan berita jurnalistik untuk mengungkapkan secara panjang lebar dan mendalam tentang suatu kisah atau kejadian dan tidak memiliki masa kadaluwarsa. Salah satu contoh dari feature  adalah opini, biasanya dalam opini latar belakang suatu masalah dapat diungkap lebih jauh. Kita dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana peristiwa terjadi, memiliki perbedaan atau persamaan dengan yang lain dan biasanya kita bisa membahas tentang sebuah kasus secara detail. Dalam feature  sendiri ada beberapa ragamnya diantaranya kepenulisan feature tentang sosok atau profil, sejarah, petualangan, peristiwa musiman, pengalaman manusiawi, dan gaya hidup.
            Kemudian, jenis feature investigasi yang merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta – fakta secara lebih mendalam tentang sebuah kejadian sehingga pembaca diajak untuk ikut mendalami sebuah kasus lebih mendalam. Contoh media yang menggunakan jenis ini salah satunya adalah Majalah TEMPO. Dalam kelas jurnalistik sedikit membahas tentang jenis feature investigasi.
            Dari syarat apa yang ada dalam jurnalistik dan kemudian dari ciri – ciri atau jenis kepenulisan, ada hal lain yang juga harus diperhatikan, yaitu adanya framing (pembingkaian) danangle (sudut pandang) dalam sebuah tulisan tersebut ,secara sederhana framing adalah membingkai sebuah peristiwa biasanya digunakan untuk mengetahui prespektif atau cara pandang yang digunakan oleh penulis dalam menulis sebuah berita atau menyeleksi berita. Biasanya akan ada penonjolan aspek – aspek tertentu dari isu berkaitan dengan kepenulisan fakta, ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa yang dipilih nanti akan sangat berkaitan dengan pemakaian diksi atau kata, kalimat, gambar dan citra tertentu saat berita ditulis. Biasanya framingdigunakan sebagai bahan kontruksi awal. Dalam kelas ini diberikan contoh ketika menulis dalam jenis berita straight news ataupun feature semisal bertema atau ada kegiatan pendakian, dalam menulis berita tersebut seorang penulis nanti tampak akan menggunakan framing dan angel dari prespektif yang mana. Mungkin saat menulis hanya fokus pada persiapan sebelum berangkat, kemudian menceritakan tentang perjalanannya tersebut, menceritakan tentang ekspresi maupun kejadian. Bahkan ada yang menulis tentang human interest yang ada saat itu. contoh dari framing adalah ketika adanya sebuah bencana banjir, maka framing disini diambil dari banjir itu sendiri, penyebab banjir, dampak banjir, atau bagaimana penanganan dari banjir itu sendiri, terserah dari penulis mau mengambil framing yang seperti apa. Dan untuk contoh angle atau sudut pandangnya apakah dari banjir itu sendiri, korban banjir, wilayah dampak banjir, atau pihak yang menolong ketika banjir itu terjadi.
            Setelah mendapatkan berbagai teori dan contoh, kemudian antara pemateri dan peserta langsung praktek tentang kepenulisan, pada saat itu tema kepenulisan adalah “banjir”, dalam kelas ini diberikan waktu beberapa menit untuk praktek menulis, yang nantinya dari tulisan tersebut akan dianalisis, dilihat dalam tulisan itu masuk dalam jurnalistik apa, dan menggunakan framing seperti apa. Setelah semua selesai menulis satu persatu tulisan dianalis dari kebanyakan tulisan kebanyakan berjenis feature, tapi ada juga yang jenisnya straight news. dan dalam penulisan juga harus diperhatikan kata yang harus dipakai, penulis juga harus bisa membedakan antara mana kata yang bersifat berita atau jurnalistik dan mana kata yang bersifat cerpen. Seperti contoh “Daun yang berjatuhan” dengan “Daun yang berguguran“. dari dua kata yang bergaris bawah tersebut dapat kita ketahui sifat dari tulisan yang dipakai, bersifat yang berita atau karangan cerpen.
             “Memang dalam menulis itu susah, dan butuh keahlian khusus. Saya dulu juga belum bisa untuk bagaiman menulis yang bagus, karena adanya tuntutan pada saat itu, kemudian saya membiasakan diri untuk menulis, ada kemauan yang kuat untuk belajar, mau membaca dan memperbanyak pengalaman” ungkap sang pemateri.
Pelatihan Jurnalistik Sentraya Bhuana
materi penulisan jurnalistik di ruang eks dekanat fakultas ilmu
Pelatihan Jurnalistik Sentraya Bhuana
sesi foto bersama di gazebo fakultas ilmu budaya
Pelatihan Jurnalistik Sentraya Bhuana
sesi foto bebas bersama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *