Pendidikan Rock Climbing Diksar XXX

Jika berbicara mengenai Rock Climbing, yang terlintas pastilah tebing, teknik dan alat – alatnya. Melihat dari sisi sejarahnya olahraga yang tergolong berbahaya ini dulunya hanya didasari atas pemenuhan kebutuhan dari masyarakat yang mencari kebutuhannya dengan memanjat tebing – tebing di daerahnya. Hingga semakin berkembangnya kegiatan itu menjadi sesuatu yang dipelajari oleh banyak orang dari berbagai daerah juga menjadi media olahraga yang menantang adrenalin sehingga membuat semakin berkembangnya ilmu panjat memanjat ini. Dalam organisasi Sentraya Bhuana terdapat empat divisi dalam bidang dua atau teritorial lapangan salah satunya adalah Rock Climbing.

Dalam divisi ini memiliki tiga hal penting dalam keberjalanannya. Pertama yaitu disiplin. Setiap kegiatan yang dijalankan dalam divisi ini harus teratur mulai dari sistem pendidikannya maupun SOP (standart Operasional Prosedure). Yang kedua tegas, maksudnya setiap sebuah kesalahan maupun kesalahan dari tindakan yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan dan SOP harus ditegur dengan tegas agar tidak ada bentuk menyepelakan dalam keberjalanannya pendidikan Rock Climbing  ini. terakhir yaitu Profesional sudah bisa kita pahami bahwa profesional disini mengarah pada loyalitas dan komitmen terhadap pendidikan ini baik itu di latihan, saat pendidikan bahkan sampai pada kesehariannya.

Dalam Pendidikan  ini, anggota dibekali pengetahuan kepecintaalaman khususnya dalam bidang Rock Climbing. Kegiatan  ini dijadikan  sebagai upaya meningkatkan rasa disiplin, tanggungjawab serta pengetahuan sehingga dapat mewujudkan sikap profesionalisme anggota Sentraya Bhuana. Pada akhirnya, melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas, loyalitas serta kreativitas anggota khususnya dalam bidang kepecintaalaman. Selain itu juga terciptanya rasa kebersamaan, kesetiakawanan dan keteguhan hati anggota Sentraya Bhuana.

Tanggal 31 Maret-2 April 2017 Anggota Muda Sentraya Bhuana melakukan pengaplikasian materi di Tebing Siung, Ds. Purwodadi, Kec. Tepus, Kab. Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum peserta terjun langsung ke tebing, peserta melakukan beberapa kali latihan terlebih dahulu untuk menunjang kesiapan peserta dalam melaksanakan pendidikan lanjutan Rock Climbing. Latian itu dilaksanakan antara lain di Boulder Sentraya Bhuana, Wall Brahmahardika, Boulder Brahmahardika, Wall Kompos, Boulder Kompos dan Wall Ajusta Brata. Latihan itu dilakukan guna untuk meningkatkan kekuatan tangan dan kaki. Selain itu kami juga melakukan latihan fisik lain, misalnya jogging, endurance, pull up dan block up. Jogging dilakukan untuk melatih pernafasan serta kekuatan kaki, endurance dilakukan untuk melatih daya tahan tubuh, pull up dilakukan untuk melatih kekuatan otot tangan sedangkan block up dilakukan untuk melatih kekuatan lengan, perut serta paha. Jadi bentuk persiapan yang dilaksanakan selama ini sangat dibutuhkan, guna untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta kekuatan tubuh agar bisa maksimal saat pengaplikasian materi di tebing nantinya.

latihan di wall PMPA KOMPOS.

Hari Jumat, 31 Maret 2017, kami Anggota Muda Sentraya Bhuana yang beranggota 9 orang serta beberapa dari pengurus siap berangkat menuju tebing Siung, Gunung Kidul. Banyak persiapan yang kami lakukan sebelum berangkat, dari packing alat, cek alat, dan briefing. Setelah semua dirasa sudah siap, kami berkumpul di parkiran FIB untuk berdoa bersama agar kegiatan kali ini dapat berjalan dengan lancar. Kami berangkat dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret pukul 17.30 WIB. Leader dalam perjalanan kali ini adalah Mas Wahyu dan Amine. Pukul 20.00 WIB kami istirahat untuk makan malam di daerah Semin.

Setelah selesai makan, pukul 20.30 WIB kami melanjutkan perjalanan ke Polres Tepus untuk pemberitahuan dan perijinan kegiatan. Di perjalanan kami mempunyai beberapa kendala yaitu terpisahnya rombongan dan ban bocor, tetapi hal tersebut dapat teratasi. Pukul 23.30 WIB kami sampai di Polres Tepus. Kepala bidang dan sie perijinan mengurus perijinan kegiatan. Setelah mendapatkan ijin, kami melanjutkan perjalanan ke basecamp. Kami tiba di basecamp pukul 01.30 WIB, lalu kami membersihkan diri dan beristirahat.

Hari Sabtu, 1 April 2017, pukul 07.00 WIB kami bangun tidur, bersiap diri dan sarapan, tidak lupa kami melakukan pemanasan sebelum melakukan proses pemanjatan. Pemanasan dilakukan pukul 08.00 WIB, pemanasan ini sangat penting dilakukan, supaya otot-otot kita nanti tidak kaget sehingga saat proses pemanjatan tidak mengalami kaku atau kram. Setelah melakukan pemanasan, kami langsung membawa alat dan beberapa logistik menuju tebing Siung Blok D.

pemansan di pantai Siung sebelum pemanjatan

Diklan kali ini, kita mengaplikasikan sesuai dengan materi yang diberikan instruktur yaitu materi Artificial Climbing. Artificial Climbing merupakan pemanjatan yang mana di dalam pergerakan sepenuhnya menggunakan alat dan pemanjat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan alat. Peralatan selain sebagai pengaman juga digunakan sebagai tumpuan untuk menambah ketinggian dalam melakukan pemanjatan tersebut. Biasanya teknik ini lebih mengutamakan sisi petualangan yang pemanjatannya menggunakan jalur yang panjang dan proses pemanjatannya memakan waktu yang lama. Perlu diingat bahwasannya untuk dapat bergerak cepat dan aman dalam melakukan pemanjatan bukan disebabkan karena adanya peralatan yang super modern melainkan lebih diutamakan pada penggunaan teknik yang baik.

Pemanjatan kali ini peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Setelah menggunakan harness dan mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk pemanjatan, pukul 09.30 WIB kelompok pertama yang beranggota Ical sebagai leader, Fizi sebagai notulensi dan Ghania sebagai cleaner siap untuk melakukan pemanjatan dengan teknik artificial. Leader bertugas sebagai pembuat runner (sebagai pembuat jalur), notulensi bertugas mencatat kegiatan yang sedang berlangsung (meliputi waktu dan pencapaian runner) dan cleaner bertugas sebagai membersihkan alat yang digunakan sebagai runner. Pemanjatan artificial kelompok pertama selesai pukul 17.30 WIB. Pemanjatan kelompok pertama cukup memakan waktu, mungkin karena kurangnya pemahaman materi, kurang pemaksimalan peserta dalam pengaplikasian materi, faktor cuaca serta faktor kecepatan pemanjat juga berbeda-beda. Hari mulai gelap, jadi tidak memungkinkan untuk kami melanjutkan kegiatan dan memutuskan untuk melanjutkan kegiatan keesokan harinya. Pukul 17.40 WIB kami melakukan list alat dan cleaning tempat. Pukul 18.30 WIB kami turun ke kebawah (base camp), mengevaluasi kegiatan hari ini dan menjalankan konsekuensi dengan dasar keslahan yang kita buat, setelah itu kami membersihkan diri. Untuk malam kedua kami ngecamp di pinggir pantai. Setelah itu, kami makan malam dan dilanjutkan dengan istirahat karena keesokan harinya kami masih harus melanjutkan kegiatan pemanjatan.

Hari Minggu, 2 April 2017, pukul 07.30 kami mandi, sarapan dan melakukan pemanasan. Setelah melakukan pemanasan, kami naik menuju tebing Siung Blog D untuk melanjutkan kegiatan pemanjatan. Pemanjatan untuk hari kedua masih sama, dengan teknik artificial dan menggunakan tebing yang sama pula. Pemanjatan kali ini dilakukan oleh kelompok kedua yaitu Ropa sebagai leader, saya Ayu sebagai notulensi dan Aji sebagai cleaner. Pukul 08.30 WIB kelompok kedua memulai pemanjatan artificial. Dalam pemanjatan artificial ini kami menggunakan beberapa pengaman seperti helm, harness, sepatu panjat dan chalk bag. Alat yang kami gunakan untuk melakukan pemanjatan antara lain yaitu tali karmantel, auto lock, karabiner snap, karabiner screw, figure of eight, webbing, runner, etrier, sling prusik, sling webbing, selempang, hummer, stopper, hexentrix, friend, piton dan skyhoox. Ketika Ropa sedang memanjat, Saya bertugas untuk melakukan belay, fungsinya supaya leader tetap aman dalam proses pemanjatan dan pemasangan runner. Jika leader sudah sampai pitch yang aman untuk membelay, selanjutnya ia mempersiapkan diri untuk melakukan belay untuk pemanjat kedua. Begitu pemanjat kedua sudah menyusul leader, giliran cleaner mulai memanjat dan membersihkan semua alat yang digunakan untuk runner. Untuk keadaan seperti ini seorang cleaner di belay oleh pemanjat kedua dari atas. Setelah semua pemanjat sudah sampai top, selanjutnya peserta melakukan descending dengan teknik rappling. Kami menggunakan tali karmantel yang disimpul semu dan figure of eight untuk rappling. Pukul 14.20  WIB tiga orang pemanjat dari kelompok kedua sudah berada dibawah semua.

Kelompok ketiga yang terdiri dari Ito sebagai leader, Amine sebagai notulensi dan Mas Nata sebagai cleaner. Setelah mempersiapkan alat dan dirasa cukup, Leader mulai melakukan pemanjatan pukul 14.40 WIB. Dalam pemanjatan kelompok ketiga lumayan lancar, hanya saja beberapa kali terjadi hujan dan mengharuskan pemberhentian kegiatan sejenak. Pukul 17.30 WIB semua anggota kelompok mencapai top seperti kelompok sebelumnya,

Pendidikan kali ini mengajarkan Saya banyak hal, mulai dari kepanitiaan yang mengharuskan kita berfikir logis dan realitis serta menerima dan menghargai masukan dari orang lain. Kemudian saat di lapangan mengharuskan kita untuk menaati etika daerah setempat dan menjaga sopan santun. Managemen waktu sangat perlu dilakukan, karena kami berhubungan langsung dengan alam, dimana kami tidak tau perubahan cuaca di alam. Selain itu, kerjasama dengan satu tim dan saling percaya dengan anggota kelompok itu sangat diperlukan. Tetap semangat dan berusaha untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan mau menerima perubahan. Kami juga diajarkan untuk mengendalikan diri dalam keadaan apapun, menjaga emosi dan dilarang untuk berkata kasar. Sebenarnya perkataan kasar itu pun juga tidak patut dikatakan saat diluar pendidikan ini. Dengan adanya musibah yang dialami oleh Saudari Amine ini, juga dapat Saya jadikan sebagai pembelajaran yang sangat berharga untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.

 

                                                                                                         Ayunur Nugi Alrahma Putri

Anggota Muda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *